273 Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Jenar Ikuti Ujian TKA Serentak Nasional

Tes Kemampuan Akademik (TKA)

Jenar, Sragen – Selasa, 4 November 2025 – Sebanyak 273 siswa kelas XII SMK Negeri 1 Jenar ambil bagian dalam pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang digelar serentak untuk jenjang SMA/SMK sederajat se-Indonesia. Ujian penting ini berlangsung selama empat hari, mulai dari Senin, 3 November hingga Kamis, 6 November 2025.​Pelaksanaan TKA di SMK Negeri 1 Jenar mengikuti jadwal nasional yang terbagi menjadi dua gelombang utama. Gelombang I dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 November, dilanjutkan dengan Gelombang II pada tanggal 5 dan 6 November 2025. Pembagian gelombang ini bertujuan untuk memastikan kelancaran teknis dan menghindari penumpukan peserta, mengingat Tes Kemampuan Akademik dilakukan berbasis komputer (CBT).​Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Jenar, (Endri Yunanta Besar, S.Pd. M.Pd.), menyampaikan bahwa seluruh siswa yang terdaftar mengikuti ujian dengan penuh semangat dan serius. “TKA ini bukan sekadar ujian, tetapi juga pemetaan potensi akademik siswa. Hasilnya akan sangat berguna sebagai bekal mereka, baik untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi maupun memasuki dunia kerja dan industri,” ujarnya.​Para siswa kelas XII ini diuji kemampuannya dalam mata pelajaran wajib seperti Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris, serta dua mata pelajaran pilihan sesuai dengan jurusan atau minat mereka. Pelaksanaan TKA di sekolah tersebut berjalan lancar dan tertib, dengan pengawasan ketat sesuai protokol ujian standar.​Dengan partisipasi 273 siswa, SMK Negeri 1 Jenar menunjukkan komitmennya dalam mendukung program asesmen nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Diharapkan, hasil TKA ini dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai capaian akademik siswa dan menjadi data penting bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di masa mendatang. (Hsone)

SMK Negeri 1 Jenar Gelar Pesta Demokrasi E-Voting, Pasangan Imran – Tika Raih Suara Terbanyak

Jenar, Sragen – Sabtu, 1 November 2025 – Suasana demokrasi yang sehat dan modern menyelimuti SMK Negeri 1 Jenar pada Jumat, 31 Oktober 2025. Sekolah tersebut sukses menggelar Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS (PKWKO) untuk masa bakti 2025/2026. Menariknya, proses pemungutan suara kali ini sepenuhnya dilakukan secara E-Voting, mencerminkan komitmen sekolah dalam memanfaatkan teknologi.

Kegiatan PKWKO ini diikuti oleh tiga pasangan calon terbaik yang telah melewati serangkaian proses seleksi dan kampanye. Ketiga pasangan calon tersebut adalah:

  • Pasangan Nomor Urut 1: Imran Fadilah Akbar (XI TKR 2) – Dwi Ratna Antika (X BSN 1)
  • Pasangan Nomor Urut 2: Ahmad Mustofa (XI DKV 2) – Alvin Setyawan Saputra (X OTM 3)
  • Pasangan Nomor Urut 3: Retno Anggoro Wati (XI DPB 2) – Ayra Cheryl Regina Putri (X DKV 1)

Dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 886 siswa, tercatat 576 suara yang masuk menggunakan sistem E-Voting. Partisipasi aktif siswa menunjukkan tingginya kesadaran berdemokrasi di kalangan pelajar SMK Negeri 1 Jenar.

Hasil Pemungutan Suara

Setelah rekapitulasi suara secara elektronik selesai dilakukan, hasil akhir pemungutan suara menunjukkan kemenangan telak bagi salah satu pasangan calon:

Pasangan CalonJumlah SuaraPersentase
Nomor Urut 129150,5%
Nomor Urut 210718,6%
Nomor Urut 317830,9%

Dengan perolehan suara 291 atau 50,5%, Pasangan Nomor Urut 1, Imran Fadilah Akbar dan Dwi Ratna Antika, resmi terpilih sebagai Ketua dan Wakil Ketua OSIS SMK Negeri 1 Jenar periode 2025/2026. Mereka unggul tipis di atas ambang batas 50% untuk menang tanpa putaran kedua.

Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Jenar, melalui perwakilan guru pembina OSIS, menyampaikan apresiasi atas kelancaran dan ketertiban seluruh proses pemilihan. “Pelaksanaan E-Voting ini bukan hanya efisien, tetapi juga mengajarkan siswa tentang transparansi dan integritas dalam berdemokrasi sejak dini. Selamat kepada pasangan terpilih, semoga dapat mengemban amanah dengan baik,” tutupnya.

Pasangan Imran-Dwi dijadwalkan akan dilantik dalam waktu dekat untuk segera memulai tugas dan bakti mereka sebagai motor penggerak kegiatan kesiswaan di SMK Negeri 1 Jenar. (Hsone)

Semarak Ulang Tahun ke-22: SMK Negeri 1 Jenar Gelar Berbagai Kegiatan Kreatif dan Penuh Makna

Jenar, Sragen – Jumat, 31 Oktober 2025– SMK Negeri 1 Jenar tengah diselimuti suasana suka cita. Sekolah kejuruan yang berlokasi di Jl. Tangen – Banyurip Km. 8 ini merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke-22, tepat pada tanggal 30 Oktober 2025. Peringatan hari jadi ini dirayakan dengan serangkaian kegiatan yang melibatkan seluruh civitas akademika, menonjolkan bakat, serta semangat kebersamaan.

Perayaan HUT ke-22 ini dimulai lebih awal, yakni sejak Jumat, 24 Oktober 2025, dengan berbagai kompetisi yang mengasah kreativitas dan sportivitas siswa-siswi. Beberapa lomba yang sukses digelar antara lain:

  • 🎤 Lomba Karaoke: Ajang unjuk bakat suara yang meramaikan suasana sekolah.
  • 🤸‍♀️ Lomba Senam Indonesia Sehat: Mendorong gaya hidup sehat dan kekompakan antarkelas.
  • 🎶 Lomba Paduan Suara: Mengukuhkan harmoni dan kerja sama dalam seni musik.

Puncak Acara: Potong Tumpeng dan Gelar Karya Seni

Puncak perayaan berlangsung meriah pada hari jadi, Kamis, 30 Oktober 2025. Acara ini menjadi momen refleksi dan apresiasi terhadap perjalanan panjang SMK Negeri 1 Jenar selama 22 tahun berkarya mencetak lulusan yang profesional dan berkarakter.

Sebagai simbol rasa syukur, dilakukan acara potong tumpeng yang dihadiri oleh Kepala Sekolah, guru, staf, perwakilan komite sekolah, dan siswa-siswi.

“Usia 22 tahun adalah usia yang matang, bukan hanya tentang pembangunan fisik, tapi juga pembangunan karakter dan kompetensi siswa. Semoga SMK Negeri 1 Jenar terus menjadi sekolah kebanggaan yang melahirkan generasi emas bangsa,” ujar Kepala SMK Negeri 1 Jenar dalam sambutannya.

Acara kemudian ditutup dengan penampilan istimewa Gelar Karya Seni dari siswa-siswi SMK Negeri 1 Jenar. Gelar karya ini memamerkan beragam bakat di luar akademik, mulai dari tari tradisional, musik, hingga berbagai kreativitas siswa yang memukau penonton, sekaligus membuktikan bahwa siswa SMK tidak hanya unggul di bidang kejuruan tetapi juga kaya akan potensi seni.

Perayaan HUT ke-22 ini tidak hanya menjadi pesta bagi warga sekolah, tetapi juga menjadi penanda semangat baru bagi SMK Negeri 1 Jenar untuk terus maju, berinovasi, dan berkontribusi nyata dalam dunia pendidikan kejuruan di Kabupaten Sragen. (Hsone)

Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Jenar Sulap Sampah Plastik Menjadi Ecopaving dalam Projek Kokurikuler

Jenar, Sragen – Kamis, 23 Oktober 2025 – Sebanyak 300 siswa kelas X SMK Negeri 1 Jenar melaksanakan kegiatan Projek Kokurikuler yang inovatif dan peduli lingkungan. Selama empat hari, mulai dari tanggal 20 hingga 23 Oktober 2025, para siswa ini berkreasi mengubah limbah sampah plastik menjadi produk bernilai guna, yaitu Ecopaving atau paving block ramah lingkungan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi kurikulum merdeka yang menekankan pada pembelajaran berbasis projek yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran. Projek pembuatan Ecopaving dari sampah plastik ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran siswa akan isu lingkungan, khususnya masalah sampah plastik, sekaligus melatih keterampilan praktis dan semangat kewirausahaan.

Dibimbing oleh para guru pembimbing, siswa-siswi Kelas X ini secara aktif mengumpulkan berbagai jenis sampah plastik, mulai dari kantong kresek hingga botol bekas. Sampah-sampah tersebut kemudian diolah melalui serangkaian proses, termasuk pencacahan, peleburan, hingga pencetakan menjadi paving block. Proses ini tidak hanya menuntut ketelitian tetapi juga kreativitas dalam mencari komposisi bahan yang tepat agar Ecopaving yang dihasilkan kuat dan layak pakai.

Kepala SMK Negeri 1 Jenar, dalam keterangannya, menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap antusiasme dan hasil kerja keras para siswa. “Projek ini membuktikan bahwa sampah plastik, yang selama ini menjadi masalah, dapat diubah menjadi solusi konkret. Kami berharap Ecopaving hasil karya siswa ini dapat dimanfaatkan di lingkungan sekolah dan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas tentang pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” ujarnya.

Salah seorang perwakilan siswa mengungkapkan pengalamannya, “Awalnya kami tidak menyangka bisa membuat paving block dari plastik. Prosesnya seru dan menantang. Selain belajar tentang teknik pengolahan limbah, kami juga jadi lebih sadar betapa pentingnya mengurangi dan mendaur ulang sampah plastik. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga.”

Produk akhir ini menunjukkan kualitas yang cukup menjanjikan sebagai alternatif material bangunan, sekaligus menjadi bukti nyata kontribusi pelajar SMK Negeri 1 Jenar dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Projek ini diharapkan dapat menjadi agenda rutin sekolah untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya kompeten di bidang kejuruan tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi. (Hsone)

Ancaman “Brain Rot” Mengintai Siswa SMK: Bahaya Konten Instan Terhadap Kompetensi Lulusan

Jenar, Sragen – Rabu (22/10/2025) – Dunia pendidikan kejuruan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), menghadapi tantangan baru di era digital: fenomena “Brain Rot” atau “pembusukan otak”. Istilah populer yang bahkan menjadi Oxford Word of the Year 2024 ini merujuk pada penurunan fungsi kognitif akibat konsumsi konten digital yang berlebihan, dangkal, dan berulang-ulang.

Jika tidak segera diatasi, “Brain Rot” berpotensi menjadi penghalang serius bagi siswa SMK untuk mencapai kompetensi kerja yang dibutuhkan industri.

Apa Itu Brain Rot dan Mengapa Berbahaya bagi Siswa Vokasi?

Brain Rot” bukanlah diagnosis medis resmi, melainkan istilah yang menggambarkan kondisi melemahnya otak karena terbiasa menerima stimulus cepat dan tanpa tantangan berpikir mendalam dari media sosial, seperti video pendek, prank, atau meme yang berorientasi hiburan instan.

Bagi siswa SMK, yang fokus pendidikannya adalah keterampilan praktis dan keahlian mendalam, dampak dari fenomena ini sangat merugikan:

  • Menurunnya Kemampuan Berpikir Kritis dan Analisis: Pendidikan vokasi menuntut siswa untuk memecahkan masalah kompleks, menganalisis kerusakan mesin, atau merancang alur kerja produksi. Brain Rot merusak lobus prefrontal, bagian otak yang bertanggung jawab atas pemrosesan informasi kompleks dan pengambilan keputusan. Siswa yang terpapar Brain Rot cenderung mengandalkan insting dan sulit menganalisis masalah secara mendalam.
  • Kehilangan Fokus dan Konsentrasi: Konten digital yang serba cepat melatih otak untuk memiliki rentang perhatian (attention span) yang sangat pendek. Hal ini menjadi masalah besar di SMK, di mana praktik bengkel, laboratorium, atau proses pembelajaran berbasis proyek (PjBL) memerlukan fokus mendalam dalam waktu yang lama.
  • Malas Belajar dan Kurangnya Motivasi: Ketergantungan pada dopamin instan dari media sosial membuat siswa kesulitan menikmati atau melakukan aktivitas yang memerlukan usaha lebih, seperti membaca buku modul tebal, menyusun laporan praktik kerja industri (PKL), atau mengikuti pelajaran teori yang membutuhkan kesabaran.

Brain Rot: Ancaman Nyata Terhadap Kompetensi Lulusan SMK

Tujuan utama SMK adalah mencetak lulusan yang siap kerja, kompeten, dan adaptif sesuai standar industri. Fenomena “Brain Rot” secara langsung mengancam kualitas lulusan karena:

  1. Gagal dalam Praktik Lapangan (PKL): Siswa yang kesulitan berkonsentrasi dan menganalisis masalah akan kesulitan saat dihadapkan pada situasi kerja nyata di dunia usaha dan dunia industri (DUDI), yang menuntut ketelitian dan kemampuan pemecahan masalah (problem solving).
  2. Keterampilan Interpersonal yang Buruk: Brain Rot seringkali memicu isolasi sosial dan komunikasi yang buruk. Padahal, industri modern sangat menghargai keterampilan teamwork dan komunikasi efektif.
  3. Kecanduan Gawai Mengganggu Disiplin: Kecanduan gawai membuat siswa abai terhadap tugas, sering bermain game atau media sosial di kelas, bahkan saat jam pelajaran praktik, yang secara langsung mengganggu disiplin dan etos kerja yang merupakan modal utama lulusan SMK.

Langkah Strategis Sekolah dan Keluarga

Mengatasi Brain Rot pada siswa Gen Z membutuhkan kolaborasi erat antara sekolah, keluarga, dan siswa itu sendiri.

  • Peran Sekolah:
    • Membangun Literasi Digital Kritis: Sekolah harus mengajarkan siswa cara memilah dan mengevaluasi informasi, bukan sekadar menggunakannya.
    • Mendorong Pembelajaran Aktif: Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (PBL) dan Teaching Factory (TeFa) yang menantang dan membutuhkan kerja sama tim dapat melatih kembali nalar kritis siswa.
    • Edukasi Kesehatan Mental: Sekolah perlu mengedukasi tentang bahaya doom scrolling dan pentingnya membatasi screen time (disarankan tidak lebih dari 1-2 jam di luar jam sekolah).
  • Peran Keluarga:
    • Orang tua diharapkan memberikan contoh penggunaan gawai yang sehat, mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas non-digital yang merangsang otak, seperti membaca, berdiskusi, atau berolahraga.

Pendidikan vokasi yang unggul harus ditopang oleh pikiran yang tajam. Melawan Brain Rot adalah bagian integral dari upaya menyelamatkan masa depan generasi muda agar mereka menjadi lulusan SMK yang tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki nalar yang kuat dan siap menghadapi persaingan kerja di masa depan. (Hsone)

SMK Negeri 1 Jenar Mantapkan Kualitas Vokasi Melalui Rapat Koordinasi Program SMK PK Skema Penguatan Pembelajaran Mendalam

Jenar, Sragen – Selasa (21/10/2025) – SMK Negeri 1 Jenar, Sragen, mengambil langkah strategis dalam peningkatan mutu pendidikan kejuruan dengan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) internal Bantuan Pemerintah SMK Pusat Keunggulan (PK) Skema Penguatan Pembelajaran Mendalam Tahun 2025. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2025 bertujuan untuk menyelaraskan perencanaan dan implementasi program agar relevan dengan kebutuhan industri.

Rakor ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dengan kehadiran Kepala Seksi (Kasi) SMK Cabang Dinas Pendidikan (Cabdin) Wilayah VI Provinsi Jawa Tengah, Ibu Indah Darmawati, S.E., M.Pd., yang memberikan arahan dan penguatan.


Mendorong Pembelajaran Mendalam Sesuai Standar Industri

Kepala SMK Negeri 1 Jenar (Endri Yunanta Besar, S.Pd., M.Pd.) dalam sambutannya menyampaikan bahwa program SMK Pusat Keunggulan Skema Penguatan Pembelajaran Mendalam merupakan kesempatan emas untuk meningkatkan kompetensi lulusan melalui penerapan pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada kebutuhan dunia kerja.

“Bantuan ini akan kami manfaatkan secara optimal untuk memperkuat sinergi antara sekolah dan mitra industri. Fokus utamanya adalah memastikan kurikulum, sarana, dan metode pengajaran di SMK Negeri 1 Jenar benar-benar adaptif terhadap perkembangan teknologi dan standar industri terkini,” jelasnya.

Poin Utama Rapat Koordinasi

Rapat koordinasi internal ini dihadiri oleh tim manajemen sekolah, koordinator program keahlian, dan tim pelaksana Bantuan SMK PK. Beberapa hal penting yang menjadi fokus diskusi meliputi:

  • Penyusunan Rencana Penggunaan Dana (RPD): Penyelarasan anggaran bantuan untuk kegiatan-kegiatan yang mendukung penguatan pembelajaran mendalam.
  • Penguatan Kemitraan DUDIKA: Rencana tindak lanjut untuk memperluas dan memperbaharui Memorandum of Understanding (MoU) dengan industri agar mencakup program magang guru, guru tamu, dan penyusunan materi uji kompetensi.
  • Peningkatan Kompetensi Pendidik: Alokasi dana untuk In-House Training (IHT), magang industri bagi guru kejuruan, serta uji sertifikasi kompetensi.

Melalui sinergi antara SMK Negeri 1 Jenar, Cabang Dinas Pendidikan, dan Dunia Kerja, diharapkan implementasi Program SMK Pusat Keunggulan Skema Penguatan Pembelajaran Mendalam ini dapat melahirkan lulusan yang tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki karakter kuat, dan siap bersaing secara global. (Hsone).

Bukan Hanya IQ, ‘GRIT’ Jadi Kunci Sukses Siswa SMK di Dunia Kerja

Jenar, Sragen – Rabu (8/10/2025)  – Selama ini, Kecerdasan Intelektual (IQ) seringkali dianggap sebagai penentu utama keberhasilan akademik dan karir. Namun, dalam konteks pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sangat berorientasi pada keterampilan dan dunia kerja, muncul faktor penentu lain yang tak kalah penting, yaitu GRIT. Para psikolog dan praktisi pendidikan menekankan bahwa perpaduan antara passion dan ketekunan jangka panjang ini merupakan modal berharga bagi lulusan SMK untuk bertahan dan mencapai sukses.

Perbedaan Mendasar: IQ vs. Grit

IQ dan Grit mengukur aspek yang berbeda dari potensi seseorang, tetapi keduanya saling melengkapi, bukan bertentangan.

AspekKecerdasan Intelektual (IQ)Grit (Kegigihan & Keuletan)
DefinisiKemampuan kognitif, daya tangkap, kecepatan belajar, dan pemecahan masalah yang didasarkan pada kecerdasan.Kombinasi antara hasrat (passion) dan ketekunan (perseverance) untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Fungsi dalam BelajarDibutuhkan untuk memahami konsep, rumus, dan teori baru dengan cepat.Berperan sebagai energi untuk bangkit dari kegagalan dan tetap berjuang mencapai tujuan meskipun sulit.
Tolak UkurNilai ujian, tes potensi akademik.Konsistensi usaha, daya tahan, tidak mudah menyerah saat menghadapi tantangan praktikum atau pekerjaan.

Seorang psikolog menjelaskan, “IQ memang dibutuhkan untuk melihat potensi dasar, tetapi Grit-lah yang membuat potensi itu menjadi nyata dalam proses dan pencapaian studi. Anak yang IQ-nya tinggi bisa saja mudah menyerah saat gagal, sementara anak yang memiliki Grit akan tetap bergerak maju meski harus gagal berkali-kali.”

Pentingnya Grit bagi Siswa SMK

Bagi siswa SMK, Grit memiliki relevansi yang sangat tinggi karena kurikulum SMK erat kaitannya dengan tantangan praktis dan kesiapan memasuki dunia kerja.

  1. Menghadapi Tantangan Praktik dan Kegagalan: Pembelajaran di SMK seringkali melibatkan praktik kerja nyata. Tidak jarang, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan teknis berulang kali. Grit memastikan siswa tidak putus asa dan terus mencoba hingga menguasai keterampilan tersebut.
  2. Kesiapan Dunia Kerja (Career Adaptability): Dunia kerja menuntut profesional yang tidak hanya cerdas, tetapi juga ulet dan berdaya juang. Penelitian menunjukkan bahwa Grit berpengaruh positif signifikan terhadap orientasi masa depan dan adaptabilitas karir siswa SMK, yang berarti siswa dengan Grit tinggi memiliki arah karir yang lebih jelas dan siap menghadapi transisi ke dunia kerja.
  3. Ketahanan Jangka Panjang: Sukses dalam karir kejuruan bukan soal keahlian sesaat, melainkan tentang kesetiaan dan konsistensi dalam menggeluti suatu bidang. Grit memastikan siswa SMK memiliki ‘api kecil yang terus menyala’ untuk bertahan pada bidang yang diminati, bahkan saat menghadapi tekanan pekerjaan.
  4. Mendorong Growth Mindset: Grit terkait erat dengan growth mindset (pola pikir bertumbuh). Pola pikir ini meyakini bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui dedikasi dan kerja keras, menjadikannya kunci untuk terus meningkatkan kompetensi di bidang keahluan.

Strategi Praktis Melatih Grit dalam Pembelajaran di SMK

Kabar baiknya, Grit bukan sifat bawaan, melainkan karakter yang bisa dilatih. Sekolah, guru, dan lingkungan belajar di SMK memiliki peran penting dalam menumbuhkan karakter ini.

  1. Implementasi Teknik Problem Solving dalam Pembelajaran:
    • Berikan tugas atau proyek praktikum yang menuntut penyelesaian masalah kompleks (misalnya, membuat produk yang harus berfungsi sempurna).
    • Fokus pada proses pemecahan masalah, bukan hanya hasil akhir. Ajak siswa merefleksikan kegagalan dan mencari solusi baru (belajar bangkit setelah gagal).
  2. Pembentukan Budaya Kelas Berbasis Growth Mindset:
    • Hindari hanya memuji hasil akhir atau nilai, tetapi hargai usaha, ketekunan, dan kemauan untuk mencoba lagi. Ucapkan kalimat seperti, “Usahamu hari ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya!”
    • Jadikan kegagalan sebagai bahan ajar yang berharga. Dorong siswa untuk bertanya, “Apa yang bisa saya pelajari dari kegagalan ini?”
  3. Integrasi Bimbingan Karir dan Penemuan Passion:
    • Fasilitasi siswa untuk menemukan minat mendalam mereka di bidang kejuruan. Grit dimulai dari hasrat.
    • Tautkan mata pelajaran dengan tujuan karir jangka panjang mereka, sehingga mereka tahu mengapa mereka berjuang keras.
  4. Penguatan Harapan (Hope) dan Inisiatif:
    • Libatkan siswa dalam aktivitas yang memerlukan inisiatif dan tanggung jawab (seperti teaching factory atau kepengurusan organisasi).
    • Tanamkan harapan bahwa kesulitan adalah bagian dari proses, bukan akhir dari segalanya. Harapan adalah kegigihan untuk bangkit dari keraguan dan terus melangkah maju.

Dengan menumbuhkan Grit, lulusan SMK tidak hanya dibekali dengan keterampilan teknis yang mumpuni, tetapi juga dengan daya juang dan ketahanan mental yang akan membawa mereka sukses dalam persaingan ketat di dunia kerja. (hsone)

Peringatan Khidmat Hari Kesaktian Pancasila, SMK Negeri 1 Jenar Tegakkan Bendera Satu Tiang Penuh

Jenar, Sragen – Kamis (2/10/2025)  – Seluruh warga SMK Negeri 1 Jenar melaksanakan upacara bendera dengan khidmat dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh setiap tanggal 1 Oktober. Upacara ini digelar di lapangan sekolah dan menjadi momen refleksi kebangsaan yang penting.

Upacara diikuti oleh seluruh komponen sekolah, mulai dari Kepala Sekolah, Bapak/Ibu Guru, Karyawan, hingga seluruh siswa-siswi SMK Negeri 1 Jenar. Bertindak sebagai Pembina Upacara adalah Kepala Sekolah sendiri, Bapak Endri Yunanta Besar, S.Pd., M.Pd.

Acara berlangsung lancar dan khidmat, menegaskan kembali komitmen sekolah dalam menjunjung tinggi ideologi Pancasila. Susunan acara inti meliputi pembacaan teks Pancasila, Pembukaan UUD 1945, serta pembacaan Ikrar Kesetiaan kepada Pancasila, yang diikuti dengan penuh penghayatan oleh semua peserta.

Makna Pengibaran Bendera
Terdapat perbedaan mendasar dalam pelaksanaan upacara kali ini, khususnya pada posisi bendera Merah Putih. Ada makna di balik perbedaan pengibaran bendera yang menjadi simbol krusial peringatan ini. Dimana tanggal 1 Oktober, kita melihat Bendera Merah Putih dikibarkan satu tiang penuh. Hal ini berbeda dengan hari sebelumnya yakni 30 September, di mana bendera dikibarkan setengah tiang sebagai tanda duka dan mengenang gugurnya Pahlawan Revolusi dalam tragedi Gerakan 30 September. Pengibaran bendera satu tiang penuh pada 1 Oktober melambangkan kemenangan Pancasila sebagai dasar negara yang sakti dan tidak tergantikan, sekaligus menandakan berakhirnya masa berkabung nasional.

Pesan Kebangsaan untuk Generasi Muda
Peringatan hari Kesaktian Pancasila ini harus menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan siswa-siswi. Kesaktian Pancasila adalah bukti bahwa ideologi Pancasila tidak bisa digoyahkan. Tugas sebagai generasi muda adalah mengamalkan nilai-nilai luhur ini, seperti gotong royong, musyawarah, dan keadilan sosial, tidak hanya di sekolah tetapi dalam kehidupan bermasyarakat.

Melalui kegiatan ini, SMK Negeri 1 Jenar berharap dapat mencetak lulusan yang tidak hanya unggul dalam kompetensi kejuruan, tetapi juga memiliki karakter kuat, berintegritas, dan setia pada Pancasila sebagai pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. (Hsone)

Coding dan AI: Jembatan Menuju Masa Depan Karir Beragam di SMK

Jenar, Sragen – Kamis (25/9/2025) – Pemerintah Indonesia mengambil langkah besar dalam modernisasi pendidikan vokasi dengan meluncurkan program “Coding dan Artificial Intelligence (AI)” sebagai mata pelajaran pilihan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Inisiatif ini bukan hanya sekadar menambah kurikulum, tetapi juga mempersiapkan siswa dari berbagai konsentrasi keahlian untuk menghadapi tuntutan pasar kerja yang semakin digital.

Pentingnya Keterampilan Digital untuk Semua Bidang

Meskipun terdengar identik dengan jurusan teknologi informasi, pemahaman akan coding dan AI kini menjadi kebutuhan universal. Dalam konteks SMK yang memiliki ragam konsentrasi keahlian—mulai dari otomotif, pariwisata, tata boga, hingga agribisnis—integrasi keterampilan ini sangatlah krusial.

  • SMK Pariwisata dan Perhotelan: Siswa dapat belajar membuat aplikasi sederhana untuk pemesanan kamar atau memprogram chatbot berbasis AI untuk melayani pertanyaan pelanggan secara otomatis.
  • SMK Tata Boga: Penguasaan coding dapat membantu siswa merancang sistem manajemen inventaris bahan makanan yang efisien atau bahkan mengembangkan aplikasi untuk resep interaktif.
  • SMK Pertanian: Keterampilan ini dapat digunakan untuk mengoperasikan drone pertanian yang terprogram untuk memantau kondisi tanaman atau mengembangkan sistem AI untuk mendeteksi hama secara dini.
  • SMK Otomotif: Siswa bisa mempelajari dasar-dasar pemrograman untuk mendiagnosis masalah pada sistem elektronik mobil modern atau mengoptimalkan kinerja mesin.

Melalui pendekatan ini, program “Coding dan AI” bertindak sebagai alat pelengkap yang memperkuat kompetensi inti siswa, menjadikan mereka lulusan yang tidak hanya terampil secara konvensional tetapi juga siap berinovasi.

Menghadapi Kesenjangan Keterampilan di Dunia Kerja

Survei dan data dari berbagai lembaga menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara keterampilan yang dimiliki lulusan sekolah dan kebutuhan industri. Banyak perusahaan kini mencari karyawan yang memiliki kemampuan analitis, logis, dan adaptif—kualitas yang sangat dilatih dalam pembelajaran coding.

Program ini diharapkan bisa menjadi jembatan untuk menutup kesenjangan tersebut. Lulusan SMK yang melek digital akan memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi di mata perusahaan. Mereka tidak hanya bisa melakukan pekerjaan manual tetapi juga mampu mengintegrasikan solusi teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Di samping itu, bagi siswa yang memiliki kondisi ekonomi terbatas atau yang berada di daerah terpencil, program ini dapat membuka akses ke peluang kerja global tanpa harus berpindah tempat. Keterampilan coding memungkinkan mereka bekerja secara remote atau bahkan memulai startup digital mereka sendiri, berpotensi menciptakan lapangan kerja baru.

Tantangan dan Harapan

Tentu saja, implementasi program ini tidak lepas dari tantangan, seperti ketersediaan infrastruktur yang memadai dan pelatihan guru yang berkelanjutan. Namun, dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan sekolah, inisiatif ini memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap pendidikan vokasi di Indonesia.

Pada akhirnya, “Coding dan AI” bukan sekadar mata pelajaran tambahan, melainkan sebuah investasi strategis yang membekali siswa SMK dengan mindset dan keterampilan yang esensial untuk sukses di dunia kerja yang terus berubah. Mereka dipersiapkan untuk menjadi pelaku aktif dalam ekonomi digital, bukan hanya penonton. (Hsone)